BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hak adalah suatu kewenangan atau kelulusan yang diberikan oleh hukum. Dalam arti sempit hak adalah sesuatu yang harus kita terima. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus kita laksanakan. Dalam hal ini hak dan kewajiban dalam keluarga berbeda-beda. Pada pembelajaran tematik tentang hak dan kewajiban berkaitan pada mata pelajaran PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, SBK, IPA dan IPS. Ditinjau dari PKN Standar Kompetensinya tentang hak dan kewajiban anggota keluarga. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Standar Kompetensinya tentang menulis hak dan kewajiban anggota keluarga. Pada mata pelajaran Matematika Standar Kompetensinya tentang urutan anggota keluarga. Pada mata pelajaran IPA berhubungan tentang bagian – bagian dari hewan.
Pada pembelajaran tentang hak dan kewajiban pada standar kompetensi mata pelajaran PKN, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan SBK sudah termasuk ideal. Pada pembelajaran PKN siswa diajarkan memahami arti hak dan kewajiban setiap anggota keluarga. Sedangkan Pada pembelajaran Bahasa Indonesia menjelaskan cara menulis apa yang termasuk hak dan kewajiban anggota keluarga. Sedangkan pada mata pelajaran Matematika diajarkan mengurut silsislah  dari keluarga serta kedudukan keluarga.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi paradigma pembelajaran di sekolah banyak mengalami perubahan, terutama dalam pelak-sanaan proses pembelajaran dari yang bersifat behavioristik menjadi kontruk-tifistik, dari berpusat pada guru (teahing centered) menuju berpusat pada siswa (student centered).
Konstruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalah membangun pemahaman atau pengetahuan (constructing understanding or knowledge), yang dilakukan dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan sudah pernah dipelajari.
Konsekuensi dari konsep belajar seperti itu adalah siswa dengan sungguh-sungguh membangun konsep pribadi (mind concept) dalam sudut pandangan belajar bermakna dan bukan sekedar hafalan atau tiruan.
Peranan guru tidak semata-mata hanya memberikan ceramah yang sifatnya teksbook (book oriented) kepada siswa, melainkan guru harus mampu merangsang/memotivasi siswa agar mampu membangun pengetahuan dalam pikirannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan membangun jaring-jaring komunikasi dan interaksi belajar yang bermakna melalui pemberian informasi yang sangat bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa. Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa untuk belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri.
 Hal tersebut selaras dengan pendapat Gardner bahwa setiap anak secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Implementasinya adalah setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik, dan setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam belajar. Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian rangsangan kepada siswa agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi itu dengan cara dan gayanya.
Terdapat anggapan umum bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan siswa untuk menguasainya. Namun kenyataan tidak semua siswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu membangun sikap demokratis siswa dan berbagai sikap positif seorang warga negara. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian tindakan kelas diperoleh informasi bahwa pembelajaran PKn di kelas
II SD. N 002 Tarakan menunjukkan kurangnya partisipasi siswa dalam belajar sehingga mutu hasil belajar kurang baik. Gambaran tersebut menujukkan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali. Kendati kurang lebih 13 tahun telah berlalu sejak data diatas terungkap, kondisi pendidikan Indonesia masih tetap memprihatinkan. Pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar  dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar.
Dari aspek kualitas, pendidikan kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain. Dari segi pengajaran, hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi (khususnya pembelajaran tematik tentang hak dan kewajiban) di Sekolah Dasar terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak. Hal tersebut disebabkan oleh tiga hal. Pertama, proses/hasil kerja lembaga pendidikan tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas riil di lapangan  (SDN 002 Tarakan kelas II) kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya cenderung monoton dan tidak menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh siswa, termasuk didalamnya adalah IPA atau Sains. 
Beberapa penyebab lainnnya adalah pembelajaran di sekolah khususnya, tematik lebih menekankan pada aspek kognitif saja dengan menggunakan hafalan dalam upaya menguasai ilmu pengetahuan, bukan mengembangkan keterampilan berpikir siswa, mengembangkan aktualisasi konsep dengan diimbangi pengalaman konkret dan aktivitas bereksperimen (Collete Chiapetta, dalam Zuhdan Prasetyo, 2007).
Dalam proses belajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru-guru di Sekolah Dasar kebanyakan belum memahami dengan benar bagaimana mengajar Tematik dengan benar, dan bagaimana agar belajar Tematik dilakukan dalam suasana menyenangkan. Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran Tematik di SD seperti; malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, dan keluhan-keluhan lain dari para siswa, adalah permasalahan mendasar yang harus segera diatasi. Dalam ilmu psikologi, gejala ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar siswa. Hal demikianlah yang terjadi di SDN 002 Tarakan.
Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah  pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning).
Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak relatif lebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh pelbagai kalangan di Indonesia melalui seminar, pelatihan, dan penerapan tentangnya. Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantum secara terbatas terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya. Segi-segi kesejarahan, akar pandangan, dan keterbatasannya belum banyak dibahas orang. Ini berakibat belum dikenalinya pembelajaran kuantum secara utuh dan lengkap.
Model pembelajaran Quantum Teaching sebagai pengembangan dari Quantum Learning adalah sebuah pilihan tepat bagi guru SD guna menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar IPA. Lebih dari itu, model pembelajaran ini menjadikan pengajaran dan pembelajaran lebih menggairahkan. Penulis merasa yakin bahwa landasan teori model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran Tematik di SD. Lingkungan yang mendukung dan proses pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan dapat menciptakan serta meningkatkan motivasi siswa SD untuk belajar Tematik. Sehingga keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang bergairah dan tidak menarik yang selama ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran Tematik dapat teratasi melalui model pembelajaran ini.
Fakta di lapangan mengatakan bahwa, pembelajaran Tematik di SD belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru-guru di Sekolah Dasar kebanyakan belum memahami dengan benar bagaimana mengajar Tematik dengan benar, dan bagaimana agar belajar Tematik dilakukan dalam suasana menyenangkan. Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran Tematik di SD seperti; malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, dan keluhan-keluhan lain dari para siswa, adalah permasalahan mendasar yang harus segera diatasi. Dalam ilmu psikologi, gejala ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar siswa.
Kenyataan yang seperti inilah yang mendasari akan pentingnya seorang guru melakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi yang kuat dalam mempelajari Tematik. Berkaitan dengan itu, model pembelajaran Quantum Teaching menjadi pilihan tepat bagi guru SD guna menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar Tematik. Lebih dari itu, model pembelajaran Quantum Teaching menjadikan pengajaran dan pembelajaran lebih menggairahkan


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah :
            Bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar kelas II SD dengan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pelajaranTematik?

1.3 Tujuan Penelitian
1.  Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar di rumah.
2.  Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :
“Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar Tematik bagi siswa kelas II SDN 002 Tarakan



1.4 MANFAAT HASIL PENELITIAN
 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a.       Guru
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 002 Tarakan dapat lebih meningkatkan pemberdayaan pemberian pekerjaan rumah agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
b.       Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya

1.5. Pemecahan Masalah
            Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran,tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita menggubah lingkungan, presentasi dan system pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam linkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Asas utama Quantum Teaching bersandar pada konsep; Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Artinya bahwa pentingnya seorang guru untuk masuk ke dunia siswa sebagai langkah pertama dalam proses pembelajaran.
            Penulis merasa yakin bahwa landasan teori model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran Tematik di SD. Lingkungan yang mendukung dan proses pembelejaran yang menyenangkan dan menggairahkan dapat menciptakan serta meningkatkan motivasi siswa SD untuk belajar Tematik. Sehingga keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang bergairah dan tidak menarik yang selama ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran Tematik dapat teratasi melalui model pembelajaran ini.
a.     Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
“Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching” dapat meningkatkan motivasi belajar Tematik bagi siswa SD.

BAB II
Tinjauan Pustaka

2. Istilah Tematik tentang hak dan kewajiban
Pembelajaran PKn ini , yaitu pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Berikut ini merupakan pendekatan yang lainnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn. Tentu saja pendekatan ini tidak hanya untuk mata pelajaran PKn saja, tetapi dapat diaplikasikan ada pembelajaran yang lainnya. Pendekatan tersebut adalah Model Pembelajaran Terpadu.
Model Pembelajaran Terpadu.
Pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan tema-tema yang over lapping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti thinking skills, social skill, values and attitudes. Model Pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.
Ada tiga model pembelajaran terpadu, namun di sini kita bahas tiga model, yaitu model webbed, model connected dan model integrated.
1. Contoh Pembelajaran Terpadu Model Connected
Pembelajaran terpadu model connected, hanya memadukan topik-topik yang hampir sama dalam satu mata pelajaran saja. Untuk lebih jelasnya marilah kita cermati contoh di bawah ini:
http://sdn3bojonglopang.files.wordpress.com/2008/09/clip.jpg?w=396&h=265

Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran keterhubungan sebagai berikut :
(1) Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari silabus, (2)Guru mencari tema yang hampir sama/relevan dengan tema-tema yang lain, (3) Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk seperti pada gambar di atas yang cakupannya lebih luas, (4) Guru menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema di atas, (5) Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, (6) Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok kecil, (7) Dengan bimbingan guru pula siswa diminta untuk mengerjakan pertanyaan yang telah disiapkan dan mengerjakan tugas kelompok dari guru, (7) Guru memberikan kesimpulan, penegasan, evaluasi secara tertulis dan sebagai tindak lanjut guru menugaskan pada siswa untuk menyusun portofolio dan dikumpulkan minggu depan
2. Pembelajaran Terpadu Model Webbed
Dalam model pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir sama dari beberapa standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi yang berbeda. Misal PKn dengan IPS, IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Lebih jelasnya silakan memperhatikan contoh Webbed di bawah ini.
http://sdn3bojonglopang.files.wordpress.com/2008/09/clip_2.jpg?w=403&h=251


Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai berikut.: (1) Guru menyiapkan tema utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila, dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi, (2) Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam perumusan Pancasila supaya tidak over lapping, (3) Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas, (4) Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
3. Model Pembelajaran Terpadu Integrated.
Model integrated yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa tema yang serumpun pada mata pelajaran. Tema yang akan dipilih adalah Mengenal Pentingnya Alam Seperti Dunia Tumbuhan Dan Hewan. Tema tersebut dipadukan seperti dalam bagan di bawah ini
http://sdn3bojonglopang.files.wordpress.com/2008/09/clip_3.jpg?w=442&h=394


Langkah-langkah pembelajaran terpadu model integrated sebagai berikut:
(1) guru menentukan salah satu tema dari mata-pelajaran PKn yang akan dipadukan dengan tema-tema pada mata pelajaran lain, (2) guru mencari tema-tema dari mata-pelajaran lain yang memiliki makna yang sama, (3) guru memadukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema besar, (4) guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep beberapa mata-pelajaran, (5) guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.


Secara harfiah: ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam dan peristiwa yang ada di dalamnya (Webster’s: New Lollegiate Dictionary, 1981). Carin (1985) mendefinisikan Tematik sebagai sistem pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen. Sementara itu Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan Tematik sebagai :
1.     Proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris,
2.     Informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis, dan
3.     Kombinasi antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih.

Pembelajaran Tematik untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo & Marten (dalam Iskandar, 1996) sebagai: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Dengan demikian pengajaran Tematik di kelas II SD sudah membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah.
Secara umum, Prinsip Pembelajaran Tematik Di SD adalah sebagai berikut.
1.     Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang timbul akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
2.     Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.
3.     Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.
4.     Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) : Pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan atau ”Learning by doing”
5.     Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif.
6.     Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.

Dari prinsip-prinsip tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsip-prinsip tersebut di atas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
1.     Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan  langsung pada permasalahan lingkungan sekitar siswa.
2.     Menggunakan Media dan sumber belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tahap perkembangan serta Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran
3.     Menyajikan kegiatan yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.






BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
1.     Objek Penelitian
Penelitian ini akan diadakan  di SD 002 Tarakan. Alasan mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan; sekolah tersebut mudah dijangkau peneliti, relasi yang cukup baik dengan pihak sekolah, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan target peneliti.
2.      Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas II SD 002 Tarakan, dengan jumlah siswa 35 orang (21 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki). Pertimbangan mengambil subyek penilitian tersebut adalah, dimana perkembangan siswa kelas II sangat cocok dengan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran Tematik. Selain itu kondisi siswa kelas II SDN 002 Tarakan yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula.
3.      Waktu Penelitian
Penelitian ini akan kami lakukan Selama tiga bulan yakni pada bulan Januari, Mei sampai Juli 2011
3.2 Prosedur Perencanaan
Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang dilakukan terhadap atau beranjak dari kondisi awal. Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah, sebagai berikut:

1.     Planning
Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi;
a.      Tujuan yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar PKN
b.     Kegiatan yang akan dilakukan dalam proses kegiatan belajar PKN
c.      Menentukan metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan kondisi siswa
d.     Menyiapkan media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan belajar
e.      Menyiapkan materi yang akan diajarkan
2.   Action
      Merupakan pelaksanaan tindakan yangdilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar PKN. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi siswa dengan model pembelajaran Quantum Teaching meliputi;
a.      Menjalin kebersamaan dan saling memahami.
b.     Memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami untuk menjelajah dunia tentang konsep PKN
c.      Menanamkan hasrat alami siswa untuk memberikan identitas mengurutkan, mengidentifikasi materi yang dipelajari siswa.
d.     Memberikan peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajar yang lain ke dalam kehidupan mereka.
e.      Menguatkan koreksi siswa dalam bentuk pengulangan sehingga mereka benar-benar memahami konsep-konsep yang baru mereka pelajari.
f.      Merayakan atas apa yang mereka lakukan setelah mereka belajar.
3.   Observation
      Observasi ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang dilakukan guru terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil / tindakan alat ukur, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan peneliti adalah berupa angket, yang penyusunannya telah terlampir.
4.   Reflection
      Refleksi hasil dari tindakan baru dapat kita peroleh setelah kita melakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan kita. Dari hasil pengukuran itu kita peroleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan kita untuk meningkatkan motivasi siswa khususnya dalam belajar PKN. Selain itu kita juga akan dapat menemukan suatu kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin penting tentang unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan demikian, kita dapat melakukan suatu tindakan yang akan kita lakukan pada siklus kedua, dan selanjutnya sampai benar-benar kita nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatakan motivasi siswa.
X. JADWAL PENELITIAN
Tabel 1. Jadwal kegiatan Penelitian
No
Rencana Kegiatan
Waktu (Minggu  ke)

1.
Persiapan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Menyusun konsep pelaksanaan
X












Menyusun instrumen

X











Menyusun LKS


X










Menyusun strategi  penelitian



X








2.
Pelaksanaan













Menyiapkan kelas dan alat




X








Melakukan tindakan
 Siklus I





X
X






Melakukan tindakan
siklus II







X
X



3.
Penyusunan laporan













Menyusun konsep laporan









X



mendiskusikan hasil
 penelitian










X


Perbaikan laporan










X


Penggandaan
dan pengiriman hasil











X



















DAFTAR PUSTAKA

Boothroyd,A. (1982). Hearing Impairments inYong Children. Practice Hall Inc.
Engelewoods Cliffs.N.Y.
Fram, M. (1985). Auditory Training. Glendongnald School For Deaf Children.
Victoria. Australia       
Hagen, A. Van. Vermeulen R. dan Jong, M.de. Zikelbach E. (1990). Latihan mendengar. Jakarta
Vembrianto. (1981). Pengajaran Modul. Paramita. Yogyakarta.
Vride Varecmb. (1987). Perbaikan Bicara. BNIKS. Jakarta
Zamroni. (1988). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Jakarta