BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhububngan dengan ekspresi dan penciptaan sedangkan Karya Sastra adalah karya yang diciptakan oleh manusia hasil dari refleksi pikiran manusia yang diituangkan dalam bentuk tulisan, maupun gambar. Hasil karya sastra dalam bentuk tulisan misalnya: novel, puisi, cerpen, dll. Semua hasil karya sastra sangat menarik untuk dikaji. Dalam penulisan sajak atau puisi, setiap penyair mempersembahkannya dengan gaya bahasa sendiri. Dan gaya bahasa juga menjadikan sebuah karya itu bermutu tinggi di mata pembaca atau apresiator, biasanya gaya bahasa itu bergantung kepada pengalaman, ilmu dan kemahiran berbahasa yang dimiliki tiap individu.
Bukan hanya itu, dalam puisi juga terdapat beberapa aspek yang tidak kalah penting dalam suatu kajian. Aspek ini meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif dalam sebuah puisi. Oleh sebab itu maka penulis akan menganalisis puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari dari beberapa aspek tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diketahui beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana diksi puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
2. Bagaimana imaji puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
3. Bagaimana kata konkret puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
4. Bagaimana figuratif puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air Cecep Syamsul Hari

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat diketahui beberapa tujuan masalah, yaitu :
1. Mengetahui diksi puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
2. Mengetahui imaji puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
3. Mengetahui kata konkret puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
4. Mengetahui figuratif puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, & Lily Air Cecep Syamsul Hari

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari
Di Pasar Seni

Pada sebuah siang yang membara
Sekelompok pekerja pulang ke bahasa Jawa

Mereka mengeluhkan rupiah yang melemah
Patroli polisi dan tanah rantau yang mesti diakali
Paspor yang ditahan dan sisa ringgit di pundi-pundi

Kenapa bis murah ke Kajang
tak kunjung datang?

Jangan bicara cinta dengan kami
Itu cuma milik puisi

Jangan suruh kami pergi ke kedutaan Indonesia
Mereka bukan milik kaum pekerja

Jangan ingatkan kami akan larangan-larangan
Di negeri yang melarang berlaku sumbang

Kenapa bis murah ke Kajang
tak kunjung datang?

Tetapi hidup tidak hanya kisah kekerasan
Atau pameran lukisan kesedihan

Hidup juga janji kemakmuran di garis Utopia
Dan kami datang untuk mengejarnya

Pada sebuah siang yang membara
Sekelompok pulang ke bahasa Jawa

Di dalam bis tiga ringgit ke Kajang
Aku pun pulang entah kepada apa

Entah kepada siapa

Rimbun Dahan, Selangor, 2008



Jalan Tugas

Menyusuri jalan pohon
Hilang batas aku dan langit
Tanah ini pun tubuhku sendiri

Menghindari sarang-sarang semut di atas rumputan
Aku bicara pada pohon-pohon dan pinang
Seperti seorang prajurit Sulaeman

Usai hujan besar semalam
Ribuan burung singgah di dahan-dahan
Wahai Attar, bukankah ini negerimu yang hilang?

Rimbun Dahan, Selangor, 2008




Lily Air

Penyair akan mencari lily air
Pada wajah kekasihnya

Ia memujamu sekilau cahaya
Tak pernah risau akan tiba senja

Melembutkan putik sepanjang malam
Dalam selimut putih keseunyian

Ia pasrahkan pualam tubuhnya
Jadi milikmu seluruhnya

Rimbun Dahan, Selangor, 2008






2.1.1 Biodata Pengarang

Cecep Syamsul Hari Lahir di Bandung, 1 Mei 1967. Buku-buku puisinya yang telah dipublikasikan: Kenang-kenangan (1996), Efrosina (2002, 2005), 21 Love Poems: Bilingual Edition (2006), Two Seasons: Korea in Poems: Bilingual Edition (2007). Ia juga menulis esai, cerpen, dan novel. Kumpulan cerpennya: Saya Tahu, Saya akan Mati, di Laut (2002). Novelnya, Soska (2006). Pada tahun 2006, ia diundang untuk tinggal di Korea Selatan sebagai writer in residence antara Desember 2007-Januari 2008, dan diundang untuk tinggal di Rimbun Dahan Art Residency, Selangor, Malaysia, sebagai poet in residence.

2.2 Diksi dalam Puisi
a) Perbendaharaan Kata
Perbendaharaan kata dalam puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari dapat dilihat bahwa kata-kata yang digunakan dari kehidupan sehari-hari dan penulis ingin menjelaskan bahwa ini adalah kehidupan. Terlihat dalam puisinya yaitu :
Pada sebuah siang yang membara
Sekelompok pulang ke bahasa Jawa
(Di Pasar Seni)

Menyusuri jalan pohon
Hilang batas aku dan langit
Tanah ini pun tubuhku sendiri
(Jalan Tugas)

Ia memujamu sekilau cahaya
Tak pernah risau akan tiba senja
(Lily Air)

b) Urutan Kata
Urutan kata-kata puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari sudah menjadi satu bagian yang utuh jika dipenggal atau dibalik maka akan menimbulkan intepretasi yang berbeda. Urutan ini sebagai penjelas maksud puisi. Contoh :

Jangan suruh kami pergi ke kedutaan Indonesia
Mereka bukan milik kaum pekerja

Jangan ingatkan kami akan larangan-larangan
Di negeri yang melarang berlaku sumbang
(Di Pasar Seni)

Menghindari sarang-sarang semut di atas rumputan
Aku bicara pada pohon-pohon dan pinang
Seperti seorang prajurit Sulaeman
(Jalan Tugas)

Ia pasrahkan pualam tubuhnya
Jadi milikmu seluruhnya
(Lily Air)

c) Daya Sugesti Kata
Dalam puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari dapat dilihat bahwa kata-kata yang digunakan dapat mempengaruhi pembacanya. Dalam puisi tersebut daya sugesti katanya sangat kuat karena dapat mempengaruhi dan perlu pemahaman yang sangat mendalam untuk menganalisis makna bagi pembacanya. Seperti :
Pada sebuah siang yang membara
Sekelompok pekerja pulang ke bahasa Jawa
(Di Pasar Seni)

Usai hujan besar semalam
Ribuan burung singgah di dahan-dahan
Wahai Attar, bukankah ini negerimu yang hilang?
(Jalan Tugas)

Ia memujamu sekilau cahaya
Tak pernah risau akan tiba senja
(Lily Air)

2.3 Pengimajian Puisi
Pengimajian, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Pengimajian puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari menggunakan Imaji Penglihatan (Visual) dan Imaji Rasa (Taktil), ini dapat dilihat dari kata-katanya, yaitu :
Pada sebuah siang yang membara
Sekelompok pekerja pulang ke bahasa Jawa
(Di Pasar Seni)

Menyusuri jalan pohon
Hilang batas aku dan langit
Tanah ini pun tubuhku sendiri
(Jalan Tugas)

Penyair akan mencari lily air
Pada wajah kekasihnya
(Lily Air)

2.4 Kata Konkret dalam Puisi
Puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari menggunakan kata konkret yaitu kehidupan yang digunakan untuk penjelas atau mempertegas saja apa yang dimaksud dalam masing-masing puisi tersebut sehingga ddapat diketahui tujuan penulisaan puisi tersebut , dan itu dapat terlihat dari contoh di bawah ini :



Kenapa bis murah ke Kajang
tak kunjung datang?
(Di Pasar Seni)

Usai hujan besar semalam
Ribuan burung singgah di dahan-dahan
.... .
(Jalan Tugas)

Ia pasrahkan pualam tubuhnya
Jadi milikmu seluruhnya
(Lily Air)

2.5 Bahasa Figuratif dalam Puisi
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Dalam puisi Di Pasar Seni, Jalan Tugas, dan Lily Air karya Cecep Syamsul Hari dapat dilihat bentuk kiasan yang berupa mengandung banyak makna sehingga terjadi berbagai penafsiran dari si pembaca puisi, bahkan keetidakpaduan dalam mengolah apa yang ada di hati dan pikiran pembaca. Contohnya yaitu :

Kenapa bis murah ke Kajang
tak kunjung datang?

Jangan bicara cinta dengan kami
Itu cuma milik puisi
(Di Pasar Seni)

Menghindari sarang-sarang semut di atas rumputan
Aku bicara pada pohon-pohon dan pinang
Seperti seorang prajurit Sulaeman
(Jalan Tugas)

Ia memujamu sekilau cahaya
Tak pernah risau akan tiba senja

Melembutkan putik sepanjang malam
Dalam selimut putih keseunyian
(Lily Air)
DAFTAR PUSTAKA

Askuri, Akhmad. 2002. Pengantar Kesusastraan Indonesia. Kediri: Pelita Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Van Peursen, C.A. 1976. Strategi Kebudayaan (Terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: BPK Gunung Mulia
diambil dari : Muhammad Firdaus Rahmatullah